Benjolan Payudara adalah hal perlu anda perhatikan, karena dapat di prediksi berbagai macam dan sebabnya. Salah satu yang Kanker payudara adalah kanker terbanyak yang diidap oleh perempuan di Indonesia1 dari 2500 wanita di Indonesia mengidap kanker payudara. Pengobatan kanker payudara ini sebenarnya bisa sangat efektif bila diketahui sejak dini, namun lebih dari 80% kasus ditemukan berada pada stadium yang lanjut, dimana upaya pengobatan kanker payudara sudah sulit dilakukan. Oleh karena itu perlu pemahaman tentang apa itu kanker payudara itu, faktor resiko untuk mendukung upaya pencegahan, screening dan deteksi dini, serta upaya mendapatkan pengobatan kanker payudara yang dini, efektif dan menyeluruh.

Apakah kanker Payudara itu?

Kanker payudara adalah terbentuknya saat sel-sel di dalam payudara tumbuh tidak normal dan tidak terkendali. Sel tersebut umumnya membentuk tumor yang terasa seperti benjolan.  Kanker Payudara bisa terbentuk di kelenjar yang menghasilkan susu (lobulus), atau di saluran (duktus) yang membawa air susu dari kelenjar ke puting payudara. Kanker juga bisa terbentuk di jaringan lemak atau jaringan ikat di dalam payudara.

Faktor Risiko Pengobatan Benjolan Payudara

Pencegahan terjadinya kanker payudara dapat dilakukan dengan mengetahui apa saja factor resiko terhadap kejadian kanker itu sendiri. Dengan mengubah atau tidak melakukan factor resiko diharapkan dapat mengurangi kejadian kanker payudara. Faktor risiko terjadinya kanker payudara ada yang dapat kita ubah dan ada yang tidak dapat kita ubah.

Faktor resiko yang dapat kita ubah seperti :

  • Usia

Resiko terjadinya kanker payudara meningkat dengan bertambahnya usia. Kebanyakan pasien terdiagnosa kanker payudara di usia > 50 tahun.

  • Mutasi Genetik.

Perubahan terhadap gen tertentu, seperti BRCA1 dan BRCA2. Wanita yang telah mewarisi perubahan genetik ini memiliki resiko yang lebih tinggi mengidap kanker payudara dan kanker ovarium.

  • Riwayat Reproduksi.

Periode terjadinya menstruasi yang terlalu dini yaitu sebelum usia 12 tahun, dan mulainya menopause usia > 55 tahun, menyebabkan wanita lebih lama terpapar hormone lebih lama sehingga meningkatkan resiko terjadinya kanker payudara.

  • Memiliki payudara dengan densitas tinggi.

Payudara dengan densitas yang tinggi memiliki lebih banyak jaringan ikat dibandingkan jaringan lemak sehingga kadang akan sulit melihat adanya tumor pada pemeriksaan mammografi. Wanita dengan payudara yang padat lebih mungkin terkena kanker payudara.

  • Riwayat terkena kanker payudara sebelumnya atau terkena tumor payudara lain selain kanker.

Wanita dengan riwayat kanker payudara sebelumnya lebih mungkin akan mengalami kanker payudara berulang. Beberapa penyakit payudara non kanker seperti atypical hyperplasia atau lobular carcinoma in situ dapat meningkatkan resiko kejadian kanker payudara.

  • Riwayat keluarga dekat dengan kanker payudara.

Wanita dapat beresiko tinggi mengalami kanker payudara bila memiliki ibu, saudara perempuan, anak atau anggota keluarga tingkat pertama dari ibu atau ayah yang memiliki riwayat kanker payudara.

  • Pernah menerima terapi radiasi.

Wanita dengan riwayat terapi radiasi pada dada atau payudara (seperti terapi pada lymphoma Hodgkin) sebelum usia 30 tahun, memiliki resiko tinggi terkena kanker payudara.

  • Riwayat penggunaan terapi hormonal.

Wanita dengan riwayat terapi hormonal dapat meningkatkan resiko terjadinya kanker payudara, karena lamanya paparan terhadap hormone, walaupun belum ada penelitian yang mendukung teori ini.

Sedangkan faktor resiko yang dapat diubah meliputi :

  • Kurang Berolahraga.

Wanita yang kurang berolahraga atau kurang aktif secara fisik, mempunyai factor resiko tinggi terkena kanker payudara.

  • Obesitas

Wanita usia lanjut yang memiliki kelebihan berat badan atau obesitas mempunyai resiko tinggi terkena kanker payudara dibanding wanita dengan berat badan normal.

  • Terapi Hormonal.

Beberapa terapi pengganti hormonal (estrogen dan progesterone) yang diterima saat menopause dapat meningkatkan resiko kanker payudara ketika dilakukan lebih dari 5 tahun. Termasuk kontrasepsi oral (pil KB) juga telat diteliti dapat meningkatkan resiko kejadian kanker payudara.

  • Riwayat Reproduksi.

Hamil pertama kali di usia > 30 tahun, tidak pernah menyusui, dan tidak pernah hamil memiliki resiko tinggi terkena kanker payudara.

  • Konsumsi Alkohol.

Penelitian membuktikan bahwa wanita yang memiliki resiko mengalami kanker payudara meningkat seiring dengan banyaknya alcohol yang ia konsumsi.

Screening atau Deteksi Dini Pengobatan Benjolan Payudara

Skrining kanker payudara adalah pemeriksaan atau usaha untuk menemukan abnormalitas yang mengarah pada kanker payudara pada seseorang atau kelompok orang yang tidak pernah mempunyai keluhan.

Beberapa screening payudara yang dapat dilakukan adalah :

  1. Periksa Payudara Sendiri (SADARI)

Dapat dilakukan rutin secara mandiri, setiap bulan, setelah periode menstruasi.

       2. Periksa Payudara Klinis (SADANIS)

Pemeriksaan yang dilakukan oleh tenaga ahli kesehatan.

       3. Mammografi skrining atau USG payudara

Dapat dilakukan di layanan kesehatan yang menyediakan layanan kesehatan tersebut.

Gejala Kanker Payudara

Kanker payudara seringkali sulit terdeteksi di tahap awal karena ukurannya yang kecil. Benjolan baru dapat teraba jika ukurannya cukup besar. Meski demikian, tidak semua benjolan di payudara berarti kanker. Berikut adalah gejala yang dapat ditemui pada penderita kanker payudara:

  1. Benjolan payudara
  2. Benjolan membesar dengan waktu yang relative cepat
  3. Nipple discharge (keluarnya cairan melalui puting susu baik cairan kekuningan ataupun berupa darah saat sedang tidak menyusui)
  4. Retraksi puting susu (puting tampak tertarik kedalam payudara)
  5. Adanya luka pada payudara yang tidak cepat sembuh
  6. Kelainan kulit pada payudara berupa perubahan bentuk dan warna kulit payudara
  7. Ditemukannya benjolan pada ketiak

Our Specialist

WhatsApp Icon