Kanker payudara adalah penyakit umum yang menyerang jutaan wanita di seluruh dunia. Terapi hormon telah menjadi bagian penting dari pengobatan kanker payudara selama beberapa dekade. Namun, apakah terapi hormon itu, dan bagaimana cara kerjanya?
Terapi hormon adalah jenis pengobatan kanker yang melibatkan penggunaan obat untuk memblokir efek hormon yang mendorong pertumbuhan sel kanker. Hormon seperti estrogen dan progesteron dapat merangsang pertumbuhan beberapa jenis kanker payudara. Terapi hormon mengurangi kadar hormon-hormon ini atau mencegahnya bekerja.
Ada berbagai jenis terapi hormon yang tersedia untuk pengobatan kanker payudara, masing-masing dengan manfaat dan efek sampingnya. Memahami jenis-jenis terapi hormon dapat membantu perempuan membuat keputusan yang tepat tentang pilihan pengobatan mereka. Pada artikel ini, kami akan membahas berbagai jenis terapi hormon yang digunakan dalam pengobatan kanker payudara.
Apa itu Terapi Hormon untuk Kanker Payudara?
Terapi hormon untuk kanker payudara adalah salah satu pendekatan pengobatan yang digunakan untuk mengelola dan mengobati kanker payudara yang bergantung pada hormon. Kanker payudara yang bergantung pada hormon sering memiliki reseptor hormon positif, yaitu reseptor estrogen atau progesteron yang hadir di permukaan sel kanker payudara. Terapi hormon bertujuan untuk menghambat atau menghentikan pertumbuhan sel kanker yang dipicu oleh hormon ini.
Prinsip dasar terapi hormon adalah mengurangi jumlah hormon estrogen atau memblokir efek hormon estrogen pada sel kanker. Ini dapat dicapai dengan menggunakan obat-obatan yang dikenal sebagai modulator hormon atau dengan menjalani prosedur bedah untuk menghapus sumber produksi hormon, seperti ovarium.
Fungsi Terapi Hormon untuk Penanganan Kanker Payudara
Terapi hormon memiliki beberapa fungsi utama dalam penanganan kanker payudara, terutama pada jenis kanker payudara yang memiliki reseptor hormon positif. Berikut adalah beberapa fungsi utama terapi hormon dalam penanganan kanker payudara:
- Menghentikan Pertumbuhan Sel Kanker: Terapi hormon bertujuan untuk menghambat atau menghentikan pertumbuhan sel kanker payudara yang dipicu oleh hormon estrogen. Obat-obatan hormon, seperti tamoxifen, aromatase inhibitor, dan fulvestrant, bekerja dengan berbagai mekanisme untuk menghalangi efek hormon estrogen pada sel kanker. Ini membantu mengendalikan pertumbuhan sel kanker dan mencegah penyebaran lebih lanjut.
- Mengurangi Risiko Kambuh: Terapi hormon dapat membantu mengurangi risiko kanker payudara berulang setelah pengobatan awal. Pemberian terapi hormon sebagai terapi adjuvan setelah pembedahan atau radioterapi dapat membantu membasmi sisa-sisa sel kanker yang mungkin masih ada dan mencegah kanker kembali.
- Memperpanjang Rentang Waktu Tanpa Progresi: Terapi hormon dapat membantu memperlambat laju pertumbuhan tumor dan memperpanjang rentang waktu tanpa progresi penyakit. Dengan menghambat sinyal hormonal yang memicu pertumbuhan sel kanker, terapi hormon membantu menjaga kanker dalam kendali dan mencegah penyebaran atau pertumbuhan yang lebih lanjut.
- Mengurangi Ukuran Tumor: Terapi hormon dapat mengakibatkan penyusutan tumor pada beberapa pasien dengan kanker payudara yang reseptor hormon positif. Pengurangan ukuran tumor dapat mempermudah pembedahan atau radioterapi, serta meningkatkan peluang keberhasilan pengobatan.
- Alternatif Non-Bedah: Terapi hormon dapat menjadi alternatif non-bedah untuk pengobatan kanker payudara. Bagi sebagian wanita, terapi hormon dapat memberikan hasil yang efektif tanpa harus menjalani operasi atau prosedur bedah yang invasif.
Penting untuk dicatat bahwa respons terhadap terapi hormon dapat bervariasi antara pasien. Tidak semua pasien dengan kanker payudara reseptor hormon positif akan merespons dengan baik terhadap terapi hormon. Keputusan mengenai penggunaan terapi hormon dan jenis obat yang sesuai harus dibuat bersama tim medis yang terlatih dalam pengobatan kanker payudara, dengan mempertimbangkan karakteristik individu pasien dan sifat kanker yang terkait.
Jenis Terapi Hormon untuk Penanganan Kanker Payudara
Berikut merupakan beberapa jenis terapi hormon yang umum digunakan :
1. Modulator Reseptor Estrogen Selektif (Selective Estrogen Receptor Modulator/SERMs)
SERMs adalah jenis terapi hormon yang memblokir reseptor estrogen pada sel kanker payudara. Terapi ini digunakan untuk wanita yang menderita kanker payudara dengan reseptor estrogen positif (ER+), yang berarti bahwa sel kanker memiliki reseptor yang mengikat estrogen dan tumbuh sebagai respons terhadapnya. SERM mencegah estrogen berikatan dengan reseptor ini dan membantu menghentikan pertumbuhan sel kanker. Beberapa contoh SERM adalah Tamoxifen dan Raloxifene.
2. Penghambat Aromatase (Aromatase Inhibitor)
AI adalah jenis terapi hormon lain yang bekerja dengan cara mengurangi jumlah estrogen dalam tubuh. Tidak seperti SERM, AI tidak memblokir reseptor estrogen, melainkan mencegah tubuh memproduksi estrogen. AI digunakan untuk wanita pasca menopause dengan kanker payudara dengan reseptor hormon positif (HR+). Beberapa contoh AI adalah Letrozole dan Anastrozole.
3. Agonis Hormon Pelepas Gonadotropin (GnRH)
Agonis GnRH adalah jenis terapi hormon yang bekerja dengan cara memblokir produksi estrogen pada wanita premenopause. Obat ini digunakan dalam kombinasi dengan obat terapi hormon lainnya, seperti SERM atau AI. Agonis GnRH digunakan untuk menginduksi keadaan seperti menopause sementara dan mengurangi kadar estrogen dalam tubuh. Beberapa contoh agonis GnRH adalah Goserelin dan Leuprolide.
4. Pengatur Penurunan Reseptor Estrogen (Estrogen Receptor Downregulators/ERDs)
ERD adalah jenis terapi hormon yang relatif baru yang bekerja dengan cara memblokir reseptor estrogen pada sel kanker payudara, mirip dengan SERM. Namun, ERD juga menargetkan produksi estrogen dalam tubuh, mirip dengan ARV. Mekanisme kerja ganda ini membuat ERDs lebih efektif dalam mengurangi kadar estrogen dalam tubuh dan menghentikan pertumbuhan sel kanker. Beberapa contoh ERD adalah Fulvestrant.
5. Luteinizing hormone-releasing hormone (LHRH)
Terapi hormon untuk kanker payudara sering melibatkan penggunaan Luteinizing hormone-releasing hormone (LHRH) agonist atau antagonist. LHRH adalah hormon yang secara alami diproduksi dalam otak dan mengatur pelepasan hormon-hormon reproduksi, termasuk hormon luteinizing (LH) dan hormon folikel-stimulating (FSH).
Dalam konteks terapi hormon kanker payudara, LHRH agonist atau antagonist digunakan untuk menghentikan produksi hormon estrogen dari ovarium pada wanita pra-menopause. Hal ini penting karena estrogen dapat merangsang pertumbuhan sel kanker payudara yang reseptor hormon positif.
LHRH agonist bekerja dengan memberikan dosis tinggi LHRH secara berkala yang mengakibatkan penurunan sementara produksi hormon estrogen oleh ovarium. Beberapa contoh LHRH agonist yang umum digunakan termasuk goserelin, leuprorelin, dan triptorelin.
Sementara itu, LHRH antagonist bekerja dengan menghambat reseptor LHRH di kelenjar pituitari, sehingga menghentikan sinyal yang memicu pelepasan LH dan FSH. Ini mengakibatkan penurunan produksi hormon estrogen dari ovarium. Contoh LHRH antagonist yang umum digunakan adalah degarelix.
Pemberian LHRH agonist atau antagonist dapat mengakibatkan menopause buatan pada wanita pra-menopause, dengan gejala yang mirip dengan menopause alami, seperti hot flash, gangguan tidur, dan perubahan mood. Namun, efek samping ini bersifat sementara dan dapat diatasi dengan terapi suportif.
Terapi hormon dengan LHRH agonist atau antagonist sering digunakan dalam kombinasi dengan obat-obatan lain, seperti tamoxifen atau aromatase inhibitor, untuk mencapai efek yang optimal dalam menghambat pertumbuhan sel kanker payudara yang reseptor hormon positif.
Pemilihan jenis terapi hormon dan penggunaan LHRH agonist atau antagonist akan disesuaikan dengan karakteristik individu pasien, tahap kanker payudara, dan faktor-faktor lain yang relevan. Penting untuk berkonsultasi dengan tim medis yang berpengalaman dalam pengobatan kanker payudara untuk menentukan rencana terapi yang terbaik bagi setiap pasien.
6. Ablasi Ovarium
Prosedur ini melibatkan pengangkatan atau penghancuran jaringan ovarium yang bertanggung jawab untuk produksi hormon estrogen. Tujuan utama dari ablasi ovarium adalah untuk mengurangi atau menghentikan produksi hormon estrogen dalam tubuh. Estrogen dapat merangsang pertumbuhan sel kanker payudara yang reseptor hormon positif, oleh karena itu mengurangi kadar estrogen dapat membantu menghambat pertumbuhan sel kanker dan mencegah kanker kembali.
7. Fulvestrant
Fulvestrant adalah obat hormon yang bekerja dengan menghancurkan reseptor hormon estrogen pada sel kanker payudara. Dengan menghancurkan reseptor, fulvestrant menghentikan sinyal hormonal yang diperlukan untuk pertumbuhan sel kanker.
8. Tamoxifen
Tamoxifen adalah obat hormon yang bekerja dengan mengikat reseptor hormon estrogen pada sel kanker payudara, sehingga mencegah estrogen merangsang pertumbuhan sel kanker. Tamoxifen umumnya digunakan pada wanita pra-menopause dan pascamenopause.
Prosedur terapi hormon untuk kanker payudara
Prosedur terapi hormon untuk kanker payudara melibatkan penggunaan obat-obatan hormon yang dirancang untuk menghambat atau menghentikan pertumbuhan sel kanker yang dipicu oleh hormon estrogen. Terapi hormon sering digunakan pada kanker payudara yang memiliki reseptor hormon positif, yang berarti sel kanker memiliki reseptor yang dapat berikatan dengan hormon estrogen.
Berikut adalah langkah-langkah umum dalam prosedur terapi hormon untuk kanker payudara:
- Evaluasi dan diagnosis: Proses dimulai dengan evaluasi medis yang menyeluruh, termasuk pemeriksaan fisik, tes imunohistokimia untuk mengidentifikasi reseptor hormon, dan tes penunjang lainnya seperti tes genetik atau pemindaian. Ini membantu dalam diagnosis dan penentuan status hormon reseptor positif pada kanker payudara.
- Penentuan terapi hormon: Berdasarkan karakteristik pasien dan hasil evaluasi, tim medis akan menentukan terapi hormon yang paling cocok. Pilihan terapi hormon meliputi penggunaan tamoxifen, aromatase inhibitor, fulvestrant, atau kombinasi dari beberapa obat hormon.
- Pengobatan terapi hormon: Pasien akan mulai menerima obat hormon sesuai dengan jadwal dan dosis yang ditentukan oleh dokter. Obat-obatan hormon ini biasanya dikonsumsi secara oral dalam bentuk tablet atau dapat diberikan melalui injeksi.
- Monitoring dan penyesuaian: Selama proses terapi hormon, pasien akan diawasi secara teratur oleh tim medis. Tes darah dapat dilakukan untuk memantau respons terhadap terapi dan memastikan kadar hormon dalam tubuh tetap terkendali. Jika diperlukan, dosis obat hormon dapat disesuaikan atau diganti dengan obat lain untuk mencapai hasil yang optimal.
- Tindak lanjut dan pemantauan jangka panjang: Terapi hormon untuk kanker payudara seringkali merupakan terapi jangka panjang. Pasien akan tetap dalam pengawasan medis yang teratur untuk memastikan efektivitas terapi dan memantau kemungkinan efek samping atau komplikasi. Ini melibatkan kunjungan rutin ke dokter, pemantauan radiologi, dan tes tambahan yang diperlukan.
Setiap langkah dalam prosedur terapi hormon akan disesuaikan dengan kondisi pasien, tahap kanker, dan faktor-faktor individual lainnya. Penting untuk berkonsultasi dengan tim medis yang berpengalaman dalam pengobatan kanker payudara untuk mendapatkan rencana terapi hormon yang sesuai dan mendapatkan pemantauan yang tepat selama perawatan.
Kapan Terapi Hormon Perlu Dilakukan?
Berikut adalah beberapa situasi di mana terapi hormon perlu dilakukan dalam penanganan kanker payudara HR+:
- Terapi adjuvan: Terapi hormon sering digunakan sebagai bagian dari terapi adjuvan setelah pembedahan atau radioterapi pada kanker payudara stadium awal. Ini bertujuan untuk mengurangi risiko kambuhnya kanker dan meningkatkan peluang kesembuhan jangka panjang.
- Terapi neoadjuvant: Terapi hormon dapat diberikan sebelum operasi atau radioterapi untuk mengecilkan tumor kanker payudara. Ini dapat membantu mengurangi ukuran tumor, membuat operasi lebih mudah dilakukan, dan meningkatkan hasil kesembuhan.
- Terapi pasca menopause: Pada wanita yang sudah memasuki masa menopause, terapi hormon dapat diberikan untuk menghentikan produksi estrogen dalam tubuh. Ini dilakukan dengan menggunakan obat hormon seperti aromatase inhibitor atau fulvestrant. Penurunan kadar estrogen dalam tubuh membantu menghambat pertumbuhan sel kanker yang reseptor hormon positif.
- Terapi pada wanita pra-menopause: Pada wanita yang masih dalam masa pra-menopause, terapi hormon dapat dilakukan dengan menggunakan obat hormon seperti tamoxifen. Tamoxifen bekerja dengan mengikat reseptor hormon estrogen pada sel kanker payudara, mencegah estrogen merangsang pertumbuhan sel kanker.
Keputusan untuk melakukan terapi hormon akan dipertimbangkan berdasarkan karakteristik individu pasien, termasuk usia, status menopause, tahap kanker, dan faktor-faktor risiko lainnya. Dokter dan tim medis akan melakukan evaluasi menyeluruh untuk menentukan apakah terapi hormon diperlukan dan memilih jenis terapi yang paling sesuai.
Dapatkah Terapi Hormon Mencegah Kanker Payudara?
Terapi hormon dapat memiliki peran dalam mengurangi risiko terkena kanker payudara pada beberapa kelompok wanita, terutama pada mereka yang memiliki risiko tinggi. Namun, perlu dicatat bahwa terapi hormon tidak dapat secara mutlak mencegah kanker payudara dan tidak dianjurkan sebagai metode pencegahan umum untuk semua wanita.
Pada wanita yang memiliki risiko tinggi terkena kanker payudara, terapi hormon tertentu dapat digunakan sebagai strategi pencegahan. Misalnya, pada wanita dengan riwayat keluarga yang kuat dari kanker payudara atau riwayat genetik tertentu, seperti mutasi pada gen BRCA1 atau BRCA2, terapi hormon dengan tamoxifen atau raloxifene dapat dipertimbangkan untuk mengurangi risiko kanker payudara.
Terapi hormon pencegahan ini biasanya direkomendasikan untuk wanita yang berusia di atas 35 tahun dengan risiko tinggi dan biasanya hanya direkomendasikan setelah diskusi mendalam dengan dokter, serta mempertimbangkan manfaat dan risiko terapi. Efek samping yang potensial dan risiko terkait harus dipahami secara menyeluruh sebelum memutuskan untuk memulai terapi hormon pencegahan.
Namun, pada wanita dengan risiko rata-rata atau risiko rendah terkena kanker payudara, terapi hormon pencegahan tidak dianjurkan secara umum. Pencegahan kanker payudara pada populasi umum lebih didasarkan pada faktor gaya hidup sehat, seperti menjaga berat badan yang sehat, mengadopsi pola makan yang seimbang, berolahraga secara teratur, menghindari konsumsi alkohol berlebihan, serta melakukan deteksi dini melalui pemeriksaan payudara sendiri, mamografi, dan konsultasi dengan dokter.
Penting untuk berkonsultasi dengan dokter atau tim medis yang berpengalaman untuk mengevaluasi risiko individual Anda dan mendiskusikan opsi pencegahan yang paling sesuai dalam konteks spesifik Anda.
Adakah efek samping terapi hormon?
Terapi hormon dapat memiliki beberapa efek samping yang perlu dipertimbangkan sebelum memulai pengobatan. Efek samping yang mungkin dapat bervariasi tergantung pada jenis terapi hormon yang digunakan, dosisnya, lamanya penggunaan, serta karakteristik individu pasien. Berikut adalah beberapa efek samping umum yang terkait dengan terapi hormon:
- Menopause buatan: Terapi hormon pada wanita pra-menopause dapat menyebabkan menopause buatan. Hal ini berarti bahwa siklus menstruasi berhenti, dan gejala-gejala menopause seperti hot flash, keringat malam, perubahan mood, gangguan tidur, dan penurunan libido dapat muncul.
- Perubahan pada organ reproduksi: Terapi hormon dapat menyebabkan perubahan pada organ reproduksi. Pada wanita, ovarium dapat mengecil dan produksi hormon estrogen dapat berkurang. Pada pria, terapi hormon dapat menyebabkan penurunan produksi hormon testosteron.
- Risiko pembekuan darah: Beberapa terapi hormon, terutama estrogen, dapat meningkatkan risiko pembekuan darah, seperti trombosis vena dalam atau emboli paru. Ini adalah efek samping serius yang harus dipantau dan dilaporkan kepada dokter.
- Gangguan pada tulang: Terapi hormon jangka panjang pada wanita dapat berkontribusi terhadap penurunan kepadatan tulang dan risiko osteoporosis.
- Perubahan pada sistem kardiovaskular: Beberapa studi telah menunjukkan bahwa terapi hormon tertentu dapat memiliki pengaruh pada sistem kardiovaskular. Penggunaan jangka panjang estrogen dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit jantung pada wanita tertentu.
- Efek samping pada kualitas hidup: Beberapa efek samping terapi hormon, seperti hot flash, gangguan tidur, perubahan mood, dan penurunan libido, dapat mempengaruhi kualitas hidup dan kesejahteraan psikologis pasien.
Penting untuk membicarakan efek samping potensial dengan dokter sebelum memulai terapi hormon. Dokter akan mempertimbangkan manfaat dan risiko terapi hormon berdasarkan kondisi medis individu dan memberikan nasihat yang sesuai. Selain itu, pemantauan teratur oleh tim medis dan komunikasi terbuka dengan dokter akan membantu mengidentifikasi dan mengelola efek samping yang mungkin timbul selama terapi hormon.
Kesimpulan
Terapi hormon adalah pilihan pengobatan yang efektif untuk pasien kanker payudara. Jenis terapi hormon yang digunakan akan bergantung pada berbagai faktor seperti jenis dan stadium kanker payudara, status menopause pasien, dan kondisi medis lainnya. Pasien harus mendiskusikan pilihan pengobatan mereka dengan penyedia layanan kesehatan mereka untuk menentukan tindakan terbaik untuk kebutuhan masing-masing.
Apakah Anda sedang Mencari Klinik Spesialis Bedah dan Payudara ?
Jika mulai terjadi gejala – gejala segera kunjungi klinik MedicElle, klinik kesehatan wanita yang memiliki kualitas terpercaya dalam memperhatikan pasiennya. Anda bisa berkonsultasi langsung dengan dokter spesialis kanker payudara dan mendapatkan pelayanan terbaik untuk aset anda. Mari cintai, dan rawat aset! Kalau tidak mulai dari sekarang, kapan lagi?
Apakah Anda sedang mencari klinik spesialis bedah dan payudara di Surabaya? Segera konsultasikan keluhan Anda dengan dokter spesialis kami. Hubungi kami melalui:
Our Location : Jalan Raya Gubeng no. 11 Surabaya, 60281
Email : cs.medicelle@gmail.com
Whatsapp : 08990118008
Office : +62 31 3000 9009
Customer Service : +62 31 3000 8008