Keganasan pada payudara merupakan keganasan terbanyak yang diderita wanita Indonesia, bahkan Indonesia menempati urutan keempat terbanyak yang menderita keganasan payudara di Asia. Dari 50.000 kasus keganasan payudara, angka kematian didapatkan sebanyak 20.000 kasus. Tingginya angka kematian ini dikarenakan terlambatnya deteksi dini pada keganasan payudara. Padahal deteksi sedini seperti menggunakan MRI payudara mungkin akan dapat menurunkan angka kematian akibat keganasan payudara.
Setiap benjolan di payudara adalah tumor, namun semua tumor belum tentu merupakan keganasan. Beberapa tumor yang banyak diderita oleh wanita seperti, kista (non proliferatif), fibroadenoma (proliferatif), intraductal papilloma (proliferatif), atypical ductal hyperplasia, dan atypical lobular hyperplasia (atypia). Tipe proliferatif merupakan tipe jaringan yang aktif dan dapat berkembang dengan cepat, sementara tipe atipik merupakan sel yang tidak normal dan merupakan lesi pra keganasan. Untuk itu pentingnya dilakukan skrining payudara untuk dapat mendeteksi secara dini tipe dari benjolan pada payudara.
Teknologi Skrining Payudara
Seiring dengan perkembangan teknologi medis, skrining untuk keganasan payudara mengalami kemajuan yang pesat guna memberikan kenyamanan pada pasien namun tetap mengutamakan keakuratan hasilnya. Skrining keganasan payudara dapat dilakukan dengan metode SADARI (Periksa Payudara Sendiri), SADANIS (Periksa Payudara Klinis), dan pemeriksaan penunjang lain.
Pemeriksaan penunjang untuk skrining payudara milik MedicElle Clinic yang utama adalah mammografi, selain pemeriksaan tambahan seperti USG payudara, MRI payudara, dan pemeriksaan genetik. Teknologi mamografi dan ultrasound saat ini sudah mencapai hingga 3 dimensional, sehingga dapat dilakukan pemeriksaan secara lebih menyeluruh pada payudara dan tingkat keakuratan lebih tinggi.
1. Mamografi
Skrining dengan mamografi dapat dimulai sejak wanita berusia lebih dari 40 tahun. Di usia ini wanita seharusnya mulai untuk memikirkan skrining payudara dengan mammografi. Sementara saat usia menginjak 45-54 tahun, wanita seharusnya sudah rutin untuk melakukan skrining payudara dengan mamografi setiap tahun. Jika usia telah lebih dari 55 tahun, mamografi dapat dilakukan setiap 2 tahun sekali.
Dengan mamografi kita dapat mengetahui adanya kalsifikasi dan tumor yang belum tampak pada pemeriksaan manual maupun pada pemeriksaan penunjang lain. Namun tetap saja teknologi memiliki kekurangan, mamografi tidak dapat dilakukan pada pasien dengan payudara yang padat serta kurang sensitif jika dibandingkan dengan USG dan MRI payudara.
Untuk membantu kekurangan ini, ada teknologi terbaru bernama DBT (Digital Breast Tomosynthesis) atau yang juga dikenal dengan mamografi 3D. Dengan tomosynthesis ini kita dapat memeriksa payudara dari berbagai macam sudut dan dari berbagai macam layer/ lapis, sehingga gambar yang dihasilkan lebih jelas dan tidak tertumpuk. Keunggulan lainnya dari tomosynthesis berupa : baik untuk payudara yang padat, sensitifitas lebih tinggi dari 2D, meningkatkan angka deteksi dini hingga 27-50%, dapat mendeteksi dini kalsifikasi yang sangat kecil, hingga dapat menemukan keganasan pada stadium yang sangat dini.
2. USG Payudara
Pemeriksaan penunjang lain yang tak kalah pentingnya adalah USG payudara. Pemeriksaan payudara dengan USG merupakan pemeriksaan yang paling ekonomis, mudah, tidak menimbulkan rasa nyeri, tidak ada radiasi dan dapat dilakukan untuk pasien dengan tipe payudara yang padat. Namun kelemahan dari pemeriksaan USG payudara adalah kurangnya sensitifitasnya dan kita tidak dapat melihat adanya mikrokalsifikasi pada payudara.
Seiring dengan berkembangnya teknologi skrining payudara, teknologi dalam pembedahan tumor payudara pun mengalami kemajuan. Yang terbaru adalah metode “Minimally Invasive Breast Surgery”, pembedahan ini menggunakan teknik sayatan minimal menggunakan vacuum-assisted core biopsy (VAB). Dengan metode ini diharapkan selain teknik terapi dengan minimal resiko pembedahan, juga didapatkan estetika pada payudara tetap terjaga.
Deteksi dan treatment sedini mungkin dapat menentukan tingkat keberhasilan dalam pengobatan dan menurunkan angka kematian akibat keganasan payudara.
3. MRI Payudara
MRI (Imaging Resonansi Magnetik) payudara adalah teknik pencitraan medis yang menggunakan medan magnet dan gelombang radio untuk menghasilkan gambar detail dari jaringan dan struktur di dalam payudara. Prosedur MRI payudara dapat membantu dalam deteksi dini kanker payudara, penilaian keberlanjutan tumor, evaluasi kelainan payudara, dan pemantauan respons terhadap pengobatan.
Selama prosedur MRI payudara, pasien akan berbaring di meja pemeriksaan yang bergerak ke dalam tabung berbentuk selongsong. Selama pemindaian, tabung tersebut menghasilkan medan magnet yang kuat, yang memungkinkan pembacaan sinyal dari jaringan dalam payudara. Gelombang radio kemudian digunakan untuk menstimulasi inti atom di dalam tubuh, yang menghasilkan sinyal-sinyal radio yang diubah menjadi gambar-gambar digital oleh komputer.
Keuntungan MRI payudara termasuk kemampuan untuk menghasilkan gambar yang sangat detail dari struktur jaringan payudara, termasuk jaringan lunak. Ini membuatnya sangat berguna dalam mendeteksi tumor kecil atau keganasan payudara yang mungkin sulit terlihat dengan teknik pencitraan lainnya. Namun, MRI payudara juga dapat memiliki tingkat sensitivitas yang lebih tinggi terhadap perubahan yang tidak kanker, yang dapat menyebabkan hasil yang lebih sering palsu positif.
Meskipun MRI payudara memiliki kelebihan dalam beberapa situasi, seperti deteksi dini pada wanita dengan risiko tinggi atau pengkajian tambahan pada kasus yang kompleks, namun biasanya tidak digunakan sebagai metode skrining primer karena biayanya yang lebih tinggi dan tingkat deteksi palsu positif yang lebih tinggi. Keputusan untuk menjalani MRI payudara biasanya dibuat berdasarkan faktor-faktor seperti riwayat kesehatan individu, hasil tes sebelumnya, dan rekomendasi dari dokter.
Manfaat dan Dampak Penggunaan Skrining dalam Deteksi Penyakit Payudara
Penggunaan teknologi dalam skrining penyakit payudara, terutama melalui metode seperti mamografi, MRI, dan ultrasonografi, memiliki manfaat dan dampak yang signifikan bagi upaya deteksi dini dan pengelolaan penyakit ini. Secara positif, teknologi ini memungkinkan deteksi dini kanker payudara, yang merupakan faktor kunci dalam meningkatkan tingkat kesembuhan dan kelangsungan hidup pasien. Skrining yang tepat waktu memungkinkan intervensi medis lebih awal, memungkinkan perawatan yang lebih efektif dan kuratif.
Selain itu, teknologi skrining menyediakan gambaran yang lebih rinci dan terperinci tentang struktur dan keadaan jaringan payudara, memungkinkan dokter untuk membuat diagnosis yang lebih akurat. Ini membantu dalam menghindari keputusan yang tidak perlu atau invasif, serta memungkinkan perencanaan perawatan yang lebih spesifik dan terarah.
Namun, penggunaan teknologi skrining juga dapat memiliki dampak yang perlu dipertimbangkan. Salah satunya adalah kemungkinan hasil palsu positif atau palsu negatif, yang dapat memicu kecemasan dan stres tambahan pada pasien. Selain itu, biaya yang terkait dengan skrining, terutama untuk teknologi yang lebih canggih seperti MRI, dapat menjadi hambatan bagi akses universal terhadap layanan kesehatan yang berkualitas.
Penting untuk mengimbangi manfaat dan dampak teknologi skrining dengan melakukan pendekatan yang holistik dan berbasis bukti dalam penilaian risiko individu, serta memperhitungkan faktor-faktor seperti riwayat keluarga, usia, dan faktor risiko lainnya. Terlebih lagi, edukasi dan dukungan psikososial juga penting dalam membantu pasien memahami hasil skrining mereka dan mengelola dampaknya secara efektif.
Apakah Anda ingin melakukan skrining payudara maupun tindakan operasi lainnya di Surabaya? Segera konsultasikan keluhan Anda dengan dokter spesialis kami. Hubungi kami melalui:
Our Location : Jalan Raya Gubeng no. 11 Surabaya, 60281
Email : info@medicelle.co.id
Whatsapp : 08990118008
Office : +62 31 3000 9009
Customer Service : +62 31 3000 8008